Thursday, June 29, 2017

Konservasi Arsitektur

Tugas Konservasi Arsitektur
Nama : Widyaningsih Mahardika
Kelas : 4TB01
NPM : 29313273


Konservasi adalah upaya atau usaha dalam pelestarian atau perlindungan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan, pengawetan, pelestarian. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris) Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan.

Konservasi Arsitektur adalah upaya atau usaha pelestarian yang berkaitan dengan arsitektur (dari bangunan hingga ke kawasan) agar terperlihara dan berfungsi dengan baik. Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu upaya untuk melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan dapat tetap terpelihara.

Sasaran Konservasi
  • Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian.
  • Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini.
  • Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian.
  • Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi Lingkup Kegiatan.

Ruang Lingkup Konservasi :
Kategori obyek konservasi :
  • Lingkungan Alami (Natural Area)
  • Kota dan Desa (Town and Village)
  • Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
  •  Kawasan (Districts)
  •  Wajah Jalan (Street-scapes)
  • Bangunan (Buildings)
  • Benda dan Penggalan (Object and Fragments)
Manfaat Konservasi :
  • Memperkaya pengalaman visual
  • Memberi suasana permanen yang menyegarkan
  • Memberi kemanan psikologis
  •  Mewariskan arsitektur
  • Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional

Peran Arsitek Dalam Konservasi :
Internal :
  • Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
  • Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse
  • Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.
Eksternal :
  • Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
  • Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines)
  • Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
  • Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.


sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Konservasi
http://kbbi.web.id/konservasi
http://aryoramadhans.blogspot.co.id/2016/06/pengenalan-konservasi-arsitektur_5.html

Tuesday, June 6, 2017

Braga : Kawasan Kota Tua Bandung

Tugas Konservasi Arsitektur
Widyaningsih Mahardika
29313273
4TB01

Jalan Braga

Hasil gambar untuk jalan braga
(sumber : http://travel.kompas.com/read/2017/06/06/090600627/5.spot.instagenic.di.jalan.braga)


Braga adalah nama sebuah jalan utama di kota BandungIndonesia. Nama jalan ini cukup dikenal sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Sampai saat ini nama jalan tersebut tetap dipertahankan sebagai salah satu maskot dan objek wisata kota Bandung yang dahulu dikenal sebagai Parijs van Java.

Di sisi kanan kiri Jalan Braga terdapat kompleks pertokoan yang memiliki arsitektur dan tata kota yang tetap mempertahankan ciri arsitektur lama pada masa Hindia Belanda. Tata letak pertokoan tersebut mengikuti model yang ada di Eropa sesuai dengan perkembangan kota Bandung pada masa itu (1920-1940-an) sebagai kota mode yang cukup termasyhur seperti halnya kota Paris pada saat itu. Di antara pertokoan tersebut yang masih mempertahankan ciri arsitektur lama adalah pertokoan Sarinah, Apotek Kimia Farma dan Gedung Merdeka (Gedung Asia Afrika yang dulunya adalah gedung Societeit Concordia). Model tata letak jalan dan gedung gedung pertokoan dan perkantoran yang berada di Jalan Braga juga terlihat pada model jalan-jalan lain di sekitar Jalan Braga seperti Jalan Suniaraja (dulu dikenal sebagai Jalan Parapatan Pompa) dan Jalan Pos Besar (Postweg)('sekarang Jalan Asia-Afrika') yang dibangun oleh Gubernur Jendral Herman Willem Daendels pada tahun 1811, di depan Gedung Merdeka.

Perubahan Kini

Hasil gambar untuk jalan braga


Sebagai kawasan wisata kota tua, maka penampilan sebagian besar gedung perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar dapat membawa pengunjung ke suasana khas yang hanya bisa didapatkan di Jalan Braga. Gedung-gedung yang kosong dan kumuh diperbaiki dan difungsikan kembali agar dapat benar-benar hidup di siang hari mengimbangi  suasana malam yang saat ini sudah lebih dulu dinamis oleh keberadaan beberapa pub, cafĂ©, dan tempat hiburan lainnya. Bila karena alasan teknis tertentu, gedung tak bisa difungsikan, paling tidak gedung tersebut bisa berada dalam keadaan terawat dan bersih. Mungkin baik pula bila di depan gedung-gedung tertentu dibuatkan plakat besi atau marmer dengan keterangan ringkas tentang sejarahnya, atau paling tidak, tahun pendirian dan nama arsiteknya.

Sejak dulu, Jalan Braga memang dikenal sebagai kawasan kota tua di Bandung. Sejarahnya, jalan ini dulu menjadi pusat kota yang terkenal dikalangan para pendatang dari Eropa dan Belanda. Hingga saat ini, banyak wisatawan yang berkunjung dan tidak melewatkan untuk sekedar berjalan-jalan di kota tua Bandung tersebut.
Tidak ketinggalan, Jalan Braga ini juga ikut didandani dan memiliki wajah baru. Beberapa kali memang kawasan ini dilakukan renovasi, mulai dari trotoar jalan yang sempat tersendat pengerjaannya karena tidak sesuai jadwal, parkir elektronik yang menjadi suatu kemajuan dibidang transportasi, dan juga pengecetan bangunan-bangunan yang mengalami kerusakan karena kurang perawatan. Semua renovasi tersebut memang dilakukan untuk mempercantik kawasan di kota tua tersebut.

Gambar terkait

Banyak perubahan-perubahan yang terjadi di kota tua tersebut. Bahkan, hampir setiap hari jalanan di pusat kota tersebut tidak pernah sepi dikunjungi. Di akhir pekan pun, kawasan ini menjadi tempat tujuan wisata baru yang menarik perhatian. Selain murah, tempat ini juga terletak di pusat kota yang tentunya menjadi pusat hingar bingar kota. Terdapat toko-toko dan resto dengan bangunan kuno, bahkan beberapa masih bertahan dengan ‘kejadulannya’. Banyak wisatawan menjadikan jalan Braga sebagai tempat untuk foto-foto. Jalan yang sangat bersejarah, dengan gedung gedung tua di kanan kiri jalan.
Hal tersebut tidak berhenti sampai disitu, tidak puas dengan renovasi yang dilakukan, pemkot Bandung juga menambahkan Tugu Braga yang terletak di dekat Gedung BJB Bandung. Tugu ini berisi tatanan huruf yang bertuliskan BRAGA dengan jenis huruf yang unik.
sumber : 
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Braga
http://www.visitbandung.info/mengenal-kawasan-braga-dari-masa-ke-masa/
https://sandradesnia.wordpress.com/2016/06/30/konservasi-arsitektur/
https://arsitekturindis.wordpress.com/2004/05/06/mengembalikan-kejayaan-jalan-braga/

Tanggapan : upaya dalam melestarikan dan konservasi daerah Braga sudah baik. Tidak hanya untuk sebagai pelestarian saja, namun dapat menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Walaupun sudah terdapat bangunan-bangunan baru dan modern seperti pusat perbelanjaan dan hotel, kawasan ini tetap memiliki suasana kota tua.

Monday, January 30, 2017

Tak Berkubah, Inilah Masjid Jami’e Darussalam

CREATOR: gd-jpeg v1.0 (using IJG JPEG v62), default quality

Masjid adalah rumah peribadatan bagi umat muslim. Pada umumnya orang akan mengenali bangunan tersebut adalah masjid dari bentuk kubah pada atapnya. Namun berbeda dengan Masjid Jami’e Darussalam yang tidak memiliki kubah, namun berbentuk segitiga.

Kubah adalah sebuah bentuk seperti separuh bola, atau seperti kerucut yang permukaannya melengkung keluar. Biasanya kubah akan diletakkan di tempat tertinggi di atas bangunan (sebagai atap). Ia diletakkan di atas rangka bangunan petak dengan menggunakan singgah kubah (pendentive). Banyak masjid di dunia kini juga mempunyai kubah, termasuk di Indonesia.

Seiring berkembangnya teknologi arsitektur, kubah yang berbentuk separuh bola muncul sebagai penutup masjid. Masjid Qubbat as Sakhrah di Yerussalem menjadi masjid pertama yang menggunakan model kubah. Lalu setelah itu bangunan masjid mulai dilengkapi dengan kubah. Kini, kubah seakan menjadi sesuatu bangunan mutlak masjid.

Menurut sejarah arsitektur Islam, kubah tidak berakar dari budaya Islam karena pada dasarnya ajaran Islam tidak membawa secara langsung tradisi budaya fisik. Secara historis kubah belum dikenal pada masa Rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana dengan menara dan mihrab. Arsitektur awalnya berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas sekelilingnya. Sepanjang bagian dalam dinding, dibuat semacam serambi yang langsung berhubungan dengan lapangan terbuka yang berada di tengahnya.

Masjid Jami’e Darussalam ini merupakan karya dari Ridwan Kamil. Masjid ini berada di Jalan Kotabumi Ujung, Kebon Melati, Jakarta Pusat. Ridwan Kamil telah membangun masjid tanpa kubah seperti Masjid Al – Irsyad di Bandung dan Masjid Raya Asmaul Husna di Gading Serpong. Namun Masjid Jami’e Darussalam ini memiliki bentuk yang berbeda dari masjid lainnya yaitu berbentuk segitiga.

sumber gambar : http://www.rappler.com/indonesia/136617-masjid-jamie-darussalam-ridwan-kamil

Masjid yang berkapasitas 1500 orang ini memiliki 2 lantai, dimana lantai atasnya merupakan ruangan utama. Dinding masjid yang berbentuk segitiga ini dipenuhi oleh kaligrafi yang bertuliskan laa ilaaha illaallah.

Awalnya desain masjid ini ditolak oleh kepengurusannya dikarenakan bentuknya yang tidak seperti masjid. Namun menurut Ridwan Kamil, desain masjid yang menggunakan kubah tidak sesuai dengan daerah tropis. “Masjid adalah tempat salat berjamaah. Bentuk diserahkan pada imajinasi manusia. Al-Quran tidak mengarahkan bentuk Masjid. Jadi Kubah pun itu tidak identik dgn Islam. Disini eksperimen dengan teori geometri segitiga sama sisi” kata Ridwan Kamil dikutip dari caption instagramnya.


Walaupun masjid ini tidak seperti masjid pada umumnya dan tak berkubah, masjid ini memiliki fungsi mihrab, ruang shalat, tempat wudhu dan lainnya memenuhi kaidah yang dicontohkan olej Rasulullah saw.

Monday, May 30, 2016

Songdo Central Park Activity

Songdo Central Park merupakan lahan terbuka yang ada di daerah Songdo, Incheon, yang merupakan distrik bisnis di daerah Incheon. Memiliki luas lahan sekitar 41 hektar, mengisi daerah Songdo sekitar 10%nya. Songdo Central Park merupakan tempat berkumpul serta tempat rekreasi bagi warga yang tinggal di daerah sekitarnya. Merupakan suatu kebahagiaan ketika saya dapat mengunjungi Songdo Central Park saat KLA 2016.


Ketika datang mengunjungi Songdo Central Park, pada hari Minggu pukul 08.00 KST, suasana di sana masih sangat sepi akan aktivitas. Berhubung saat itu di Korea Selatan masih musim Semi, pada pagi itu suhu udara sekitar 11 derajat celcius, angin bertiup sangat kencang dan matahari juga belum menampakan diri sehingga warga sekitar belum memulai aktivitasnya sampai kira kira waktu menunjukan pukul 09.00 KST.




Pada pukul 09.00 KST mulai banyak warga yang datang untuk memulai olahraga, seperti bersepeda, menggunakan fasilitas gym yang tersedia di taman, atau hanya sekedar berjalan santai dan membawa peliharaan berjalan jalan.  Saat matahari mulai menampakan diri dan cuaca serta suhu disana mulai hangat, Songdo Central Park juga mulai di ramaikan oleh beberapa rombongan keluarga. Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga seperti menaiki perahu bebek atau naik sepeda   santai. Bahkan ada beberapa pasangan kekasih juga datang hanya sekedar untuk menghabiskan waktu bersama di pagi hari disekitaran taman sakura.



Sunday, April 10, 2016

SONGDO CENTRAL PARK & FASILITASNYA



Songdo Central Park adalah sebuah lahan terbuka hijau yang berada di Distrik Songdo, Incheon, Korea Selatan. Taman ini terinspirasi dari Central Park yang berada di New York.  Dengan luas sekitar 41 hektar, taman ini mengisi 10% dari luasnya kawasan Songdo.

Taman ini selesai dibangun setelah 3 tahun konstruksi dengan menghabiskan dana sebesar 200 milyar KRW atau $163.7 juta. Terbilang cukup mahal, namun taman ini sukses mengkombinasikan antara teknolohi eco-frindly serta keindahan tradisional dari Korea. Konsep dari Songdo Central Park adalah mengikuti bentuk kontur di Korea, seperti kanal air laut melambangkan sungai yang ada di Korea mengalir ke laut barat. Dan sebagai tempat yang eco-friendly, taman ini memiliki penampungan air hujan yang digunakan sebagai kebutuhan air, dan tempat parkir yang berada dibawah tanah untuk meminimalisir polusi karbon.



Fasilitas yang ada di dalam Songdo Central Park antara lain aquarium, golf course, taman anak anak, dan sistem kanal yang mirip seperti di Venice. Di kanal airmya, terdapat beberapa transportasi seperti kanal cruise ship dan water taxi. Selain itu terdapat jogging track serta bicycle track sebagai sarana olahraga bagi warag sekitar Songdo. Terdapat pula beberapa gazebo yange menggunakan konstruksi kayu khas tradisional korea, yang merupakan menunjukan bahwa taman ini tetap memperlihatkan ciri khas dari korea.