Monday, January 30, 2017

Tak Berkubah, Inilah Masjid Jami’e Darussalam

CREATOR: gd-jpeg v1.0 (using IJG JPEG v62), default quality

Masjid adalah rumah peribadatan bagi umat muslim. Pada umumnya orang akan mengenali bangunan tersebut adalah masjid dari bentuk kubah pada atapnya. Namun berbeda dengan Masjid Jami’e Darussalam yang tidak memiliki kubah, namun berbentuk segitiga.

Kubah adalah sebuah bentuk seperti separuh bola, atau seperti kerucut yang permukaannya melengkung keluar. Biasanya kubah akan diletakkan di tempat tertinggi di atas bangunan (sebagai atap). Ia diletakkan di atas rangka bangunan petak dengan menggunakan singgah kubah (pendentive). Banyak masjid di dunia kini juga mempunyai kubah, termasuk di Indonesia.

Seiring berkembangnya teknologi arsitektur, kubah yang berbentuk separuh bola muncul sebagai penutup masjid. Masjid Qubbat as Sakhrah di Yerussalem menjadi masjid pertama yang menggunakan model kubah. Lalu setelah itu bangunan masjid mulai dilengkapi dengan kubah. Kini, kubah seakan menjadi sesuatu bangunan mutlak masjid.

Menurut sejarah arsitektur Islam, kubah tidak berakar dari budaya Islam karena pada dasarnya ajaran Islam tidak membawa secara langsung tradisi budaya fisik. Secara historis kubah belum dikenal pada masa Rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana dengan menara dan mihrab. Arsitektur awalnya berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas sekelilingnya. Sepanjang bagian dalam dinding, dibuat semacam serambi yang langsung berhubungan dengan lapangan terbuka yang berada di tengahnya.

Masjid Jami’e Darussalam ini merupakan karya dari Ridwan Kamil. Masjid ini berada di Jalan Kotabumi Ujung, Kebon Melati, Jakarta Pusat. Ridwan Kamil telah membangun masjid tanpa kubah seperti Masjid Al – Irsyad di Bandung dan Masjid Raya Asmaul Husna di Gading Serpong. Namun Masjid Jami’e Darussalam ini memiliki bentuk yang berbeda dari masjid lainnya yaitu berbentuk segitiga.

sumber gambar : http://www.rappler.com/indonesia/136617-masjid-jamie-darussalam-ridwan-kamil

Masjid yang berkapasitas 1500 orang ini memiliki 2 lantai, dimana lantai atasnya merupakan ruangan utama. Dinding masjid yang berbentuk segitiga ini dipenuhi oleh kaligrafi yang bertuliskan laa ilaaha illaallah.

Awalnya desain masjid ini ditolak oleh kepengurusannya dikarenakan bentuknya yang tidak seperti masjid. Namun menurut Ridwan Kamil, desain masjid yang menggunakan kubah tidak sesuai dengan daerah tropis. “Masjid adalah tempat salat berjamaah. Bentuk diserahkan pada imajinasi manusia. Al-Quran tidak mengarahkan bentuk Masjid. Jadi Kubah pun itu tidak identik dgn Islam. Disini eksperimen dengan teori geometri segitiga sama sisi” kata Ridwan Kamil dikutip dari caption instagramnya.


Walaupun masjid ini tidak seperti masjid pada umumnya dan tak berkubah, masjid ini memiliki fungsi mihrab, ruang shalat, tempat wudhu dan lainnya memenuhi kaidah yang dicontohkan olej Rasulullah saw.